Monday, September 29, 2014

bocah laki-laki kecil dengan kardus coklat


Entah kenapa malam ini disaat gue lagi sibuk ngerjain soal matematika lanjutan secara ngasal dan membabi buta.tiba-tiba saja teringat sesosok teman yang kisahnya sudah lama gue pendam dalam-dalam.

Cuma di blog ini gue akan menceritakan sebuah kisah yang sama sekali gak pengen gue inget tapi masih selalu muncul.seperti es batu di dalam air,semakin gue menenggelamkannya makan semakin kuat dia naik ke permukaan.

Mugkin ini adalah tulisan yang paling panjang yang pernah gue tulis di sini dan mungkin juga adalah salah satu curhatan yang gue tulis tapi satu-satunya tulisan yang membongkar sebuah rahasia gue.



Jadi ceritanya bermula dari sini. EHerrrm herrmmm .. *muntah kodok*

Waktu kelas 2 SD,gue yang lagi asik ngupil pake jempol kaki di depan rumah tiba-tiba gue di kagetkan oleh suara setumpuk kardus berjalan.kardus itu berkaki dan kedua kakinya memakai sandal jepit.gue yang masih kaget dan membuka lebar mulut sampai menyentuh lantai di kejutkan lagi oleh munculnya sebuah wajah dari balik kardus itu.

“Hai !” .tampak sebuah wajah yang sangat gue kenal karna itu adalah wajah anak laki-laki dengan dua gigi besar yang lebih besar daripada roket nasa.dia adalah teman sekelas gue.

Dia tersenyum dan berlalu lagi melewati gue dengan membawa setumpuk kardus yang lebih tinggi dari badannya itu.itulah saat pertama kali kita menyapa,karna sebelumnya gue gak tau kalo dia adalah temen sekelas gue dan bahkan gue gak tau kalo dia idup.

dia berjalan ke rumah yang berada tepat di samping gue.dengan orang tuanya disana dan tumpukan kardus dimana-mana,waktu itu gue kira dia adalah dermawan yang mau ngasih sumbangan ke gaza.tapi ternyata dia adalah tetangga baru gue.

Setelah resmi menjadi tetangga sebelah rumah gue yang hanya dibatasi dengan sebuah tembok.kita pun melalui  masa-masa kecil itu dengan konyol.

Dulu gue dan dia sering muterin kampung dengan sepeda biru kecil yang bahkan gak cukup kalo kita naikin berdua.jadi gue sering naik sepeda itu dan dia yang dorong.mungkin karna udah capek terus-terusan kaya gitu,akhirnya dia beli sepeda baru yang lebih besar yang bisa dan cukup untuk kita naikin se-RT.

Dulu di kelas,dia juga pernah gak sengaja ngelempar permen karet bekas ke gue.tapi sampe sekarang dia gak mau ngaku dan bikin gue harus shampoan pake minyak tanah se ember.

Tapi di balik kisah-kisah konyol masa kecil gue dan dia itu,terselip suatu kisah tentang rasa cinta yang menyelimuti dua orang anak kecil cacingan itu.
Banyak hal-hal lucu yang mewarnai kisah seru masa kecil gue saat itu dan gak akan cukup 10 lembar karton kalo gue ceritain.

gue  masih inget saat kita berdua berboncengan sepeda  ke sebuah tumpukan jerami di tengah sawah dan membentuk sebuah bukit.kita berdua duduk disana,waktu itu sore hari dan angin berhembus pelan menerpa wajah lalu membuat gue memejamkan mata dan menikmati  angin sore itu.saat gue membuka mata dan melihat langit yang semakin memerah,lalu menoleh ke arah dia yang sedang memandangi gue dengan serius.tiba-tiba saja terasa  sebuah sengatan ngecil yang menyesakkan dada.

Perasaan apa ini?

Hari itu semakin gelap saat kita memutuskan untuk pulang.saat tangan ini menyentuh pundaknya saat kita berboncengan,rasanya ada yang berbeda dari sebelum kita datang ke sini.tidak seperti biasanya saat itu kita berdua diam dalam pikiran kita masing-masing .

Karna dulu gue sangat pelupa dan sering lupa menaruh kunci rumah,alhasil setiap pulang sekolah gue sering main bareng di lantai 2 rumahnya.disana kita sering melihat pemandangan seluas hamparan genteng rumah yang membuat kesan padat ibukota.tapi siang itu berbeda,kita duduk berdua lalu dia memainkan sebuah lagu dengan gitar coklat mengkilap.

gue sangat kaget bukan karna tau bahwa dia dapat bermain gitar,tapi kaget bahwa ternyata suaranya lebih ancur dari yang aku bayangkan.heheheh 

Setelah hari-hari yang kita lalui bersama entah kenapa di kelas kita jadi sering di jodoh-jodohin,sebenernya gak Cuma di kelas tapi juga orang tua kita.

Seperti biasa hari itu gue lupa menaruh kunci rumah (lagi).mungkin itu sudah yang ke 4356 kalinya.gue duduk di depan rumah sambil mengingat-ingat lagi dimana letak kunci rumah yang gue taruh di atas pintu tadi pagi.

“Oia..kan kuncinya di atas pintu” gue bergumam sendiri.
Lalu berusaha meraih kunci di atas pintu rumah dengan sekuat tenaga.saat gue sudah mengenggam kunci itu di tangan tiba-tiba saja terdengar suara di belakang.

“udah dapet kuncinya?” suara seonggok bocah laki-laki berseragam SD.

“iya udah nih,ternyata di atas pintu.heheehee” gue menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

“hheheheh” dia membalas dengan tertawa kecil.

Gue yang bingung lalu bertanya “loh kenapa ketawa?”

“he…gpp,Cuma lucu aja lo kan tiap hari emang naro kuncinya disitu” ucapnya sambil memegangi perut dan menahan ketawa.

“gak tau nih kok gue gak bisa inget ya,tapi kok lo tau gue selalu naro disitu dan gak berusaha ngingetin gue?” Tanya gue kepada bocah laki-laki yang lebih pendek dari gue itu.

“karna gue pengen kita maen bareng” jawab bocah laki-laki itu dengan wajah serius.

“yaudah masuk ke dalem aja yuk,kita nonton TV bareng” ajak gue sambil membuka pintu.

Entah kenapa,saat itu nonton TV aja udah seru banget menurut gue.

gue melempar tas ransel itu kesembarang tempat dan merebahkan tubuh ke sofa lalu meraih remote TV dan menyalakannya.
Entah kenapa dia yang sedang duduk di samping gue bertingkah sangat serius dan tidak seperti biasa.mungkin karna acara TV siang itu adalah film horror suzana.

“heh lo kok diem aja?” gue heran melihat dia duduk menatap lantai dengan keringat bercucuran.gue takut aja kalo ternyata dia kerasukan arwah bokir.

“eerrr…gpp kok” dia terlihat gugup.

Gue yang gak peduli melanjutkan tiduran di sofa sambil melihat TV dengan kepala berada di bawah.
Tiba-tiba dia mengagetkan gue “oh iya diah,kamu punya kertas sama pensil gak?” 

Gue lalu meraih tas ransel berwarna biru dan mengeluarkan secarik kertas dan pensil “mau penghapus sama penggarisnya sekalian gak?”

“enggak..enggak usah” lalu dia mengambil kertas itu dan menulis sesuatu di situ.

gue yang penasaran mencoba mengintip apa yang dia tulis di kertas itu tapi terus dia tutup-tutupin.setelah dia selesai menulis,dengan cepat dia mengepalkan kertas itu seukuran bola tenis dan memberikannya ke gue.

Gue membacanya dengan seksama dan tempo yang sesingkat-singkatnya #eh.

Setelah gue baca dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.lalu gue menoleh kea arah dia yang sedang memasang wajah gugup kaya maling kolor yang ketangkep basah.

“jadi gimana?” Tanyanya ke gue.

“gimana apanya,gue gak bisa baca tulisan lo..tulisannya jelek”jawab gue sambil mengembalikan kertas itu ketangannya.

Sebenarnya saat itu gue tau apa yang dia tulis di situ,gue tau dan bahkan gue masih inget setiap kata dan setiap kalimat yang dia tulis untuk gue.

Dia bilang bahwa dia suka dan pengen jadi pacar gue.tapi dipikiran gue saat itu adalah cinta datang terlalu cepat kepada dua orang anak SD yang masih ingusan dan masih sah buat tidur siang bareng.

Setelah kejadian itu semuanya jadi gak sama lagi.semuanya jadi gak seru lagi.omongan orang yang jodoh-jodohin kita jadi semakin membuat gue jengah dan memutuskan untuk menjauh dari dia.ditambah lagi dengan pindahnya gue ke sebuah rumah yang masih gak terlalu jauh dari rumah lama karna Cuma beda blok.membuat gue dan dia semakin jauh,kita udah jarang main bareng lagi.
Apalagi sewaktu kita berdua menginjak masa SMP dan sekolah di SMP yang berbeda,membuat kita jarang ketemu dan bahkan ketemu kalo Cuma pas sholat taraweh setaun sekali.

Keadaan semakin parah sewaktu gue dan keluarga gue beserta seluruh peliharaan gue memutuskan untuk pindah rumah lagi.kali ini bukan pindah ke blok lain,atau pindah ke RT sebelah tapi pindah kota.
Iya gue hijrah ke kota bekasi yang membutuhkan 30 menit naik motor dan 30 tahun ngesot dari rumah lama gue.itu yang membuat kita bener-bener lost contact.

Tapi itu gak ada hubungannya dengan orang tua kami.orang tua kami masih sering silahturahmi lewat telephone atau bertemu langsung saat ada acara.mereka berharap gue dan dia masih punya hubungan dan itu terlihat dari usaha mereka jodoh-jodohin gue.gak Cuma di situ,setiap kali reuni SD yang ditanya temen-temen gue bukan kabar gue tapi malah kabar dia.sedangkan gue bahkan gak tau dia masih hidup atau enggak.

Sebenarnya gue gak mau melupakan masa kecil gue yang indah itu.gue sering bertanya kepada diri sendiri “kenapa laki-laki dan perempuan gak  bisa bersahabat aja?” seandainya waktu itu tidak pernah muncul rasa cinta di antara kita mungkin ceritanya akan berbeda.

Sekarang kabarnya dia sudah mempunyai tambatan hati lain.entah kenapa rasanya gue gak rela,tapi dilain sisi sebenernya gue seneng dan menyadari bahwa cinta pertama gue itu telah hilang dan terbang bersama angin sore yang sama dengan waktu angin itu membawa rasa cinta ke dalam hati kami berdua.

Tapi hari itu datang lagi.tiba-tiba dia muncul di depan rumah gue lagi.bukan dengan setumpuk kardus coklat tapi dengan sebuah mobil hitam yang dia kendarai sendiri.dia datang sebagai teman masa kecil dan gue sadar semua telah berubah,sangat berubah.

sekarang dia lebih tinggi dari gue,gigi kelinci yang menjadi ciri khas nya dulu seolah-olah tidak ada lagi dan tertutupi oleh behel itu.dia sekarang bukan bocah SD yang dulu gue kenal,dia sekarang adalah seorang pria gagah yang menyandang status mahasiswa sebuah perguruan tinggi negri terkemuka.

Tapi dimata gue,dia tetap seorang bocah laki-laki kecil yang membawa setumpuk kardus dan akan terus seperti itu.jujur gue merindukan saat kita masih bersama.bukan sebagai anak-anak kecil yang terlibat cinta tapi sebagai anak kecil polos yang mengobrol berdua saja sudah bahagia.
mungkin itu kedengaraannya lucu,tapi ini nyata.beberapa jam saja kita mengobrol saat itu seolah membayar masa-masa dimana kita tidak pernah saling menyapa ataupun bertatap muka.

Tetaplah jadi sahabat kecilku dan cinta pertama ku. :D

2 comments: