Entah kenapa malam ini disaat gue lagi sibuk ngerjain soal
matematika lanjutan secara ngasal dan membabi buta.tiba-tiba saja teringat
sesosok teman yang kisahnya sudah lama gue pendam dalam-dalam.
Cuma di blog ini gue akan menceritakan sebuah kisah yang
sama sekali gak pengen gue inget tapi masih selalu muncul.seperti es batu di
dalam air,semakin gue menenggelamkannya makan semakin kuat dia naik ke
permukaan.
Mugkin ini adalah tulisan yang paling panjang yang pernah gue
tulis di sini dan mungkin juga adalah salah satu curhatan yang gue tulis tapi
satu-satunya tulisan yang membongkar sebuah rahasia gue.
Jadi ceritanya bermula dari sini. EHerrrm herrmmm .. *muntah
kodok*
Waktu kelas 2 SD,gue yang lagi asik ngupil pake jempol kaki
di depan rumah tiba-tiba gue di kagetkan oleh suara setumpuk kardus berjalan.kardus
itu berkaki dan kedua kakinya memakai sandal jepit.gue yang masih kaget dan
membuka lebar mulut sampai menyentuh lantai di kejutkan lagi oleh munculnya
sebuah wajah dari balik kardus itu.
“Hai !” .tampak sebuah wajah yang sangat gue kenal karna itu
adalah wajah anak laki-laki dengan dua gigi besar yang lebih besar daripada
roket nasa.dia adalah teman sekelas gue.
Dia tersenyum dan berlalu lagi melewati gue dengan membawa
setumpuk kardus yang lebih tinggi dari badannya itu.itulah saat pertama kali
kita menyapa,karna sebelumnya gue gak tau kalo dia adalah temen sekelas gue dan
bahkan gue gak tau kalo dia idup.
dia berjalan ke rumah yang berada tepat di
samping gue.dengan orang tuanya disana dan tumpukan kardus dimana-mana,waktu
itu gue kira dia adalah dermawan yang mau ngasih sumbangan ke gaza.tapi ternyata dia
adalah tetangga baru gue.
Setelah resmi menjadi tetangga sebelah rumah gue yang hanya
dibatasi dengan sebuah tembok.kita pun melalui
masa-masa kecil itu dengan konyol.
Dulu gue dan dia sering muterin kampung dengan sepeda biru
kecil yang bahkan gak cukup kalo kita naikin berdua.jadi gue sering naik sepeda
itu dan dia yang dorong.mungkin karna udah capek terus-terusan kaya
gitu,akhirnya dia beli sepeda baru yang lebih besar yang bisa dan cukup untuk
kita naikin se-RT.
Dulu di kelas,dia juga pernah gak sengaja ngelempar permen
karet bekas ke gue.tapi sampe sekarang dia gak mau ngaku dan bikin gue harus
shampoan pake minyak tanah se ember.
Tapi di balik kisah-kisah konyol masa kecil gue dan dia
itu,terselip suatu kisah tentang rasa cinta yang menyelimuti dua orang anak
kecil cacingan itu.
Banyak hal-hal lucu yang mewarnai kisah seru masa kecil gue
saat itu dan gak akan cukup 10 lembar karton kalo gue ceritain.
gue masih inget saat kita berdua berboncengan sepeda ke sebuah tumpukan jerami di tengah sawah dan
membentuk sebuah bukit.kita berdua duduk disana,waktu itu sore hari dan angin
berhembus pelan menerpa wajah lalu membuat gue memejamkan mata dan menikmati angin sore itu.saat gue membuka mata dan
melihat langit yang semakin memerah,lalu menoleh ke arah dia yang sedang
memandangi gue dengan serius.tiba-tiba saja terasa sebuah sengatan ngecil yang menyesakkan dada.
Perasaan apa ini?
Hari itu semakin gelap saat kita memutuskan untuk
pulang.saat tangan ini menyentuh pundaknya saat kita berboncengan,rasanya ada
yang berbeda dari sebelum kita datang ke sini.tidak seperti biasanya saat itu kita
berdua diam dalam pikiran kita masing-masing .
Karna dulu gue sangat pelupa dan sering lupa menaruh kunci
rumah,alhasil setiap pulang sekolah gue sering main bareng di lantai 2
rumahnya.disana kita sering melihat pemandangan seluas hamparan genteng rumah
yang membuat kesan padat ibukota.tapi siang itu berbeda,kita duduk berdua lalu
dia memainkan sebuah lagu dengan gitar coklat mengkilap.
gue sangat kaget bukan karna tau bahwa dia dapat bermain
gitar,tapi kaget bahwa ternyata suaranya lebih ancur dari yang aku
bayangkan.heheheh
Setelah hari-hari yang kita lalui bersama entah kenapa di
kelas kita jadi sering di jodoh-jodohin,sebenernya gak Cuma di kelas tapi juga
orang tua kita.
Seperti biasa hari itu gue lupa menaruh kunci rumah
(lagi).mungkin itu sudah yang ke 4356 kalinya.gue duduk di depan rumah sambil
mengingat-ingat lagi dimana letak kunci rumah yang gue taruh di atas pintu tadi
pagi.
“Oia..kan kuncinya di atas pintu” gue bergumam sendiri.
Lalu berusaha meraih kunci di atas pintu rumah dengan sekuat
tenaga.saat gue sudah mengenggam kunci itu di tangan tiba-tiba saja terdengar
suara di belakang.
“udah dapet kuncinya?” suara seonggok bocah laki-laki berseragam
SD.
“iya udah nih,ternyata di atas pintu.heheehee” gue menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
“hheheheh” dia membalas dengan tertawa kecil.
Gue yang bingung lalu bertanya “loh kenapa ketawa?”
“he…gpp,Cuma lucu aja lo kan tiap hari emang naro kuncinya
disitu” ucapnya sambil memegangi perut dan menahan ketawa.
“gak tau nih kok gue gak bisa inget ya,tapi kok lo tau gue selalu naro disitu dan gak berusaha ngingetin gue?” Tanya gue kepada bocah
laki-laki yang lebih pendek dari gue itu.
“karna gue pengen kita maen bareng” jawab bocah laki-laki
itu dengan wajah serius.
“yaudah masuk ke dalem aja yuk,kita nonton TV bareng” ajak gue sambil membuka pintu.
Entah kenapa,saat itu nonton TV aja udah seru banget menurut
gue.
gue melempar tas ransel itu kesembarang tempat dan
merebahkan tubuh ke sofa lalu meraih remote TV dan menyalakannya.
Entah kenapa dia yang sedang duduk di samping gue bertingkah
sangat serius dan tidak seperti biasa.mungkin karna acara TV siang itu adalah
film horror suzana.
“heh lo kok diem aja?” gue heran melihat dia duduk menatap
lantai dengan keringat bercucuran.gue takut aja kalo ternyata dia kerasukan
arwah bokir.
“eerrr…gpp kok” dia terlihat gugup.
Gue yang gak peduli melanjutkan tiduran di sofa sambil
melihat TV dengan kepala berada di bawah.
Tiba-tiba dia mengagetkan gue “oh iya diah,kamu punya kertas
sama pensil gak?”
Gue lalu meraih tas ransel berwarna biru dan mengeluarkan
secarik kertas dan pensil “mau penghapus sama penggarisnya sekalian gak?”
“enggak..enggak usah” lalu dia mengambil kertas itu dan
menulis sesuatu di situ.
gue yang penasaran mencoba mengintip apa yang dia tulis di
kertas itu tapi terus dia tutup-tutupin.setelah dia selesai menulis,dengan
cepat dia mengepalkan kertas itu seukuran bola tenis dan memberikannya ke gue.
Gue membacanya dengan seksama dan tempo yang
sesingkat-singkatnya #eh.
Setelah gue baca dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas.lalu gue menoleh kea arah dia yang sedang memasang wajah gugup kaya maling
kolor yang ketangkep basah.
“jadi gimana?” Tanyanya ke gue.
“gimana apanya,gue gak bisa baca tulisan lo..tulisannya
jelek”jawab gue sambil mengembalikan kertas itu ketangannya.
Sebenarnya saat itu gue tau apa yang dia tulis di situ,gue
tau dan bahkan gue masih inget setiap kata dan setiap kalimat yang dia tulis
untuk gue.
Dia bilang bahwa dia suka dan pengen jadi pacar gue.tapi
dipikiran gue saat itu adalah cinta datang terlalu cepat kepada dua orang anak
SD yang masih ingusan dan masih sah buat tidur siang bareng.
Setelah kejadian itu semuanya jadi gak sama lagi.semuanya
jadi gak seru lagi.omongan orang yang jodoh-jodohin kita jadi semakin membuat
gue jengah dan memutuskan untuk menjauh dari dia.ditambah lagi dengan pindahnya
gue ke sebuah rumah yang masih gak terlalu jauh dari rumah lama karna Cuma beda
blok.membuat gue dan dia semakin jauh,kita udah jarang main bareng lagi.
Apalagi sewaktu kita berdua menginjak masa SMP dan sekolah
di SMP yang berbeda,membuat kita jarang ketemu dan bahkan ketemu kalo Cuma pas
sholat taraweh setaun sekali.
Keadaan semakin parah sewaktu gue dan keluarga gue beserta
seluruh peliharaan gue memutuskan untuk pindah rumah lagi.kali ini bukan pindah ke
blok lain,atau pindah ke RT sebelah tapi pindah kota.
Iya gue hijrah ke kota bekasi yang membutuhkan 30 menit naik
motor dan 30 tahun ngesot dari rumah lama gue.itu yang membuat kita bener-bener
lost contact.
Tapi itu gak ada hubungannya dengan orang tua kami.orang tua
kami masih sering silahturahmi lewat telephone atau bertemu langsung saat ada
acara.mereka berharap gue dan dia masih punya hubungan dan itu terlihat dari
usaha mereka jodoh-jodohin gue.gak Cuma di situ,setiap kali reuni SD yang
ditanya temen-temen gue bukan kabar gue tapi malah kabar dia.sedangkan gue
bahkan gak tau dia masih hidup atau enggak.
Sebenarnya gue gak mau melupakan masa kecil gue yang indah
itu.gue sering bertanya kepada diri sendiri “kenapa laki-laki dan perempuan
gak bisa bersahabat aja?” seandainya
waktu itu tidak pernah muncul rasa cinta di antara kita mungkin ceritanya akan
berbeda.
Sekarang kabarnya dia sudah mempunyai tambatan hati
lain.entah kenapa rasanya gue gak rela,tapi dilain sisi sebenernya gue seneng
dan menyadari bahwa cinta pertama gue itu telah hilang dan terbang bersama
angin sore yang sama dengan waktu angin itu membawa rasa cinta ke dalam hati kami berdua.
Tapi hari itu datang lagi.tiba-tiba dia muncul di depan rumah gue lagi.bukan dengan setumpuk kardus coklat tapi dengan sebuah mobil hitam yang
dia kendarai sendiri.dia datang sebagai teman masa kecil dan gue sadar semua
telah berubah,sangat berubah.
sekarang dia lebih tinggi dari gue,gigi kelinci yang menjadi ciri khas nya dulu seolah-olah tidak ada lagi dan tertutupi oleh behel itu.dia sekarang bukan bocah SD yang dulu gue kenal,dia sekarang adalah seorang pria gagah yang menyandang status mahasiswa sebuah perguruan tinggi negri terkemuka.
sekarang dia lebih tinggi dari gue,gigi kelinci yang menjadi ciri khas nya dulu seolah-olah tidak ada lagi dan tertutupi oleh behel itu.dia sekarang bukan bocah SD yang dulu gue kenal,dia sekarang adalah seorang pria gagah yang menyandang status mahasiswa sebuah perguruan tinggi negri terkemuka.
Tapi dimata gue,dia tetap seorang bocah laki-laki kecil yang
membawa setumpuk kardus dan akan terus seperti itu.jujur gue merindukan saat
kita masih bersama.bukan sebagai anak-anak kecil yang terlibat cinta tapi sebagai anak kecil polos yang mengobrol berdua saja sudah bahagia.
mungkin itu kedengaraannya lucu,tapi ini nyata.beberapa jam saja kita mengobrol saat itu seolah membayar masa-masa dimana kita tidak pernah saling menyapa ataupun bertatap muka.
mungkin itu kedengaraannya lucu,tapi ini nyata.beberapa jam saja kita mengobrol saat itu seolah membayar masa-masa dimana kita tidak pernah saling menyapa ataupun bertatap muka.
Tetaplah jadi sahabat kecilku dan cinta pertama ku. :D
Ahh.. i know that boy.. :)
ReplyDeleteAhh.. You are sotoy..wkwkwk
ReplyDelete